Sabtu, 05 Juli 2014

TAK KU DUGA





TAK KU DUGA

“Ibuk, aku pulang!” dengan wajah gembira dan dengan perasaan yang senang Tia masuk kerumahnya. Dia sudah rindu dengan suasana rumah dan belaian dari ibu nya. Tapi, tak seorangpun ia temukan di dalam rumahnya.
Sesekali Tia berteriak, “Tia pulang buk, Ibuk dimana? “
“Assalamu’alaikum, Tia pulang ini.” tapi tetap saja tidak ada jawaban dan dia tidak menemukan ibuk ataupun keluarga yang lainnya.
Tia sudah 2 bulan tidak pulang kerumah. Dia menjalani pendidikan di polisi wanita Jakarta. Komunikasi dengan keluarga pun tidak sama sekali. Oleh karena itu, dia sangat rindu dengan suasana rumah dan suara ibuk maupun ayahnya. Hari ini dia sedang IBL (Ijin Bermalam Luar). Dan momen ini yang sangat dia tunggu, bisa pulang dan bertemu keluarganya. Tapi, tak seorangpun dia temui dirumahnya.
            Cemas, bingung dan sedih campur jadi satu. Tia bergegas menuju kamarnya dan mencari ponselnya yang dia simpan di lemari pakaiannya. Dia langsung menelpon ibu dan ayah, tapi tetap saja tidak ada jawaban.  Berkali-kali dia telpon, tapi tetap saja nihil. Selalu tidak ada jawaban.
            “Ya Allah, apa yang sedang terjadi dengan keluargaku. Kenapa saat aku pulang, tidak ada satupun keluargaku yang aku temui. Dimana kah mereka Tuhan?” Tia masih saja sibuk dengan ponselnya. Dia mencoba menghubungi saudara-saudaranya. Tapi, usaha Tia sia-sia. Tidak ada jawaban dari panggilan itu.
            Air mata pun mulai menetes dari mata Tia. Dia bingung harus bagaimana menemukan dan menghubungi Ayah maupun Ibu nya kalau dia sudah berada dirumah. Tia lelah, sampai akhirnya dia menyerah. Dia tertidur. Tidak lama kemudian.
“Kring,kring,kring” ponselnya berbunyi. Tia bangun dan bergegas mengambil ponsel itu. Dilihatnya nama ayahnya yang memanggil.
“Assalamu’alaikum ayah, ayah aku pulang ini. Tia sudah dirumah yah, Ayah sama ibuk baru dimana? Kenapa panggilan Tia tidak dijawab dan kenapa rumah kosong yah?” kata Tia.
“Wa’alaikumsalam Nak. Alhamdulilah kamu sudah pulang. Maafkan Ayah nak, ayah tidak mengabari kamu. Ayah takut kamu disana kepikiran dan tidak konsen dengan pendidikanmu!” seru ayah.
“Yah,sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan keluarga ini. Semua baik-bak saja bukan?” tanya Tia.
“Ibu masuk rumah sakit Tia, dan keadaan dia sedang kritis. Semua keluarga sedang disini. Nanti kamu akan di jemput kak Nova. Sabar ya sayang.” jawab Ayah.
Tia kaget dan langsung menelpon kak Nova. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu ibunya. Air matanya terus menetes. Dia tidak percaya kalau ibunya sedang terbaring dirumah sakit dan dalam keadaan kritis. Selama ini yang Tia tahu, ibunya tidak pernah menderita penyakit yang serius. Tiba-tiba kabar dari ayahnya sangat mengejutkan dia.
“Bu,Tia pulang bu. Ibu buka mata, Tia pulang ini.” sambil memeluk ibuknya yang sedang terbaring lemah. Kemudian dia menghampiri Ayahnya yang sedang berdiri dibelakangnya. “Ayah,ibuk sakit apa? Kenapa dia sampai tak sadarkan diri? Apa yang sudah terjadi, Yah?”
            Ayahnya bercerita tentang penyakit ibu nya. Tia kaget mendengarkan cerita dari Ayah. Dan dia harus siap dengan apa yang terjadi dengan ibu nya. Tapi dia tetap tidak percaya kalau ibu nya sedang berjuang untuk melawan pembekakan darah di kepalanya. Saat ibunya mengatarkan Tia untuk masuk ke pendidikan, beliau sehat wal afiat. Tak ada keluh kesah pun yang terucap dari ibu nya. Yang dia ingat hanyalah perkataan ibunya yang akan selalu merindukan Tia dan menunggu dia pulang.
          Pukul 19.00 Tia mengantarkan ibu ke ruang operasi. Dia didampingi saudara-saudaranya dan selalu disemangatin mereka. Saat itu, doa Tia hanya satu. Dia ingin lihat ibunya senyum melihat dia pulang dan memeluk dia.
“Lancarkanlah operasinya ya Allah, kuatkanlah ibu!”pinta Tia.
Air matanya tidak henti-hentinya menetes. Tia terus berdoa untuk kelancaran operasi ibu nya. Sampai akhirnya, dokter keluar dari ruang operasinya dan bilang bahwa operasi berjalan dengan lancar. Sujud syukur dia panjatkan kepada Allah, dan senyum  dari wajah manisnya terpancar sudah.
            “Inilah KuasaMu ya Allah, terimakasih Engkau telah memberi kesempatan aku untuk bertemu ibu dan kembali merasakan pelukannya. Terimakasih ya Allah”