Sabtu, 05 Juli 2014

KOLOID



PAPER KIMIA FISIKA
(KOLOID)




DISUSUN OLEH :
     Farma Ventirika C      (136685)
KELAS : 1A



AKADEMI KIMIA ANALISIS BOGOR
Jalan Pangeran Sogiri nomor 283 Tanah Baru, Bogor
2014




KOLOID

I.             PENGERTIAN KOLOID
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ). Istilah koloid berasal dari bahasa yunani yaitu “kolla” yang berarti lem dan “oid” yang berarti seperti. Dalam hal ini yang berkaitan dengan lem adalah sifat difusinya, karena koloid mempunyai nilai difusi yang rendah seperti lem.
Dalam larutan, suatu zat disebarkan/dilarutkan ke dalam pelarut membentuk campuran homogen, dimana partikel-partikel ke dalam pelarut membentuk campuran homogen, dan partikel-partikel zat terlarut bercampur sempurna dengan pelarut sehingga tidak terlihat adanya perbedaan. Dengan cara yang mirip, partikel koloid disebarkan/didispersikan ke dalam suatu medium, dan menghasilkan sistem koloid. Contoh : Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak sedangkan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.
Sistem koloid termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan suspensi. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersinya. Sedangkan suspensi merupakan sistem dispersi dengan berukuran besar dan tersebar merata dalam medium pendispersinya.  
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari.  Contohnya cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.

Tabel Perbedaan Larutan, Sistem Koloid dan Suspensi
Pembeda
Larutan
Sistem Koloid
Suspensi Kasar
Jumlah fase
1
2
3
Distribusi partikel
Homogen
Heterogen
Heterogen
Ukuran partikel
< 10–7 cm
10–7 – 10–5 cm
> 10–5 cm
Penyaringan
TidakdapatDisaring
Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaring ultra
Dapat disaring
Kestabilan
Stabil, tidakMemisah
Stabil, tidak memisah
Tidak stabil, Memisah
Contoh
- Larutan gula
- Larutan gula
- Tepung dalam air
- Susu
Campuran pasir dalam air



II.          JENIS-JENIS KOLOID
Secara umum sistem koloid terdiri atas dua fase, sebagai berikut :
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid dan fasenya berubah.
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid dan fasenya tetap.
            Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian yaitu koloid sol, emulsi, dan buih. Dan jenis-jenis koloid ini masih terbagi lagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fase mediumnya.
1.      Sol
Sol adalah koloid dengan zat terdispersinya fase padat. Sol terdiri atas :
a.         Sol Padat (padat-padat)
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat. Contoh : logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.
b.         Sol Cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji
c.         Sol Gas / Aerosol Padat (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas. Contoh: asap dan debu.
2.      Emulsi
Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya fase cair. Terdiri dari :
                  a.     Emulsi padat / gel (cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.
                  b.     Emulsi cair / emulsi (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
                  c.     Emulsi Gas / Aerosol Cair (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh: obat-obat insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.
3.      Buih
Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya fase gas.
a.    Buih padat / busa padat (gas-padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan batu apung.
b.    Buih cair / buih (gas-cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, zat terdispersi faso gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok

Tabel 8 Penggolongan Sistem Koloid
No.
Fase Terdispersi
Fase Pendispersi
Jenis Koloid
Contoh
1
Gas
cair
buih
buih sabun, shampoo, krim kocok
2
Gas
padat
busa padat
karet busa, batu apung
3
Cair
cair
emulsi
susu, santan, minyak ikan, es krim
4
Cair
padat
emulsi padat
mutiara, jeli, keju
5
Cair
gas
aerosol cair
Kabut, hair spray
6
padat
cair
sol
cat, tinta, larutan agar-agar
7
padat
padat
sol padat
kaca berwarna, campuran
8
padat
gas
aerosol padat
asap, debu

-          Gel
Koloid setengah kaku (antara padat dan cair) disebut Gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium pendispersinya sehingga terbentuk koloid yang agak padat. Contoh : agar-agar dan kanji (jika dipadatkan), lem, gelatin, selai, dan gel sabun.


III.      SIFAT KOLOID
Koloid memiliki beberapa sifat, yaitu :
a.      Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah.

b.      Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.

c.       Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1.      Pemutihan gula tebu.
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
2.      Norit.
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif Norit. Di dalam usus, norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun
3.      Penjernihan air.
Air mengandung berbagai partikel yang bermuatan negatif. Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat (Al2(SO4)3. Di dalam air, Aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid, senyawa ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar dalam air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan – dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.

d.      Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.

e.       Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan. Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
  •  Perubahan suhu.
  •  Pengadukan.
  • Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
  • Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1.      Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
2.      Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu + sirup masam —> menggumpal
Lumpur + tawas —> menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.

f.       Koloid Liofil dan Koloid Liofob
-          Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.
-          Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolisis.

Perbedaan Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid Liofil
Koloid Liofob

a.      Mengadsorpsi mediumnya
b.      Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif besar
c.       Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit
d.      Viskositas lebih besar daripada mediumnya
e.       Bersifat reversibel
f.       Efek Tyndalnya lemah
a.            Tidak mengadsorpsi mediumnya
b.            Hanya stabil pada konsentrasi kecil
c.             Mudah mengumpal dengan penambahan elektrolit
d.            Viskositas hampir sama dengan mediumnya
e.             Tidak bersifat reversible
f.             Efek Tyndalnya lebih jelas

g.      Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil. Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.

h.      Kestabilan Koloid
Ø Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
Ø Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.

i.        Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid. Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani “cuci darah” dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.


IV.      PEMBUATAN KOLOID
Ukuran koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu, partikel dapat dibuat dengan pengelompokan partikel larutan sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium dispersi.
Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode dispersi :
a)             Cara Kondensasi
Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
1.        Reaksi Redoks
Reaksi Redoks merupakan reaksi pembentukan partikel koloid melalui mekanisme perubahan bilangan oksidasi.
Pembutan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida dengan belerang dioksida, yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2
2H2S(g) + SO2(aq) →  2 H2O(l)  + 3S (Koloid)
2.        Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Ø  Pembuatan sol  Fe(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam FeCl3  dalam air mendidih
         FeCl3(aq)    +     3H2O(aq)                   Fe(OH)3 (koloid)   +   3HCl(aq)
Ø  Sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan pereduksi organik formaldehida (HCHO)
       2AuCl3   +  3HCHO    +   3H2O           2Au (koloid) +  6HCl   +  3HCOOH
3.        Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
2H3AsO3(aq)   +     3H2S(aq)                As2S3(Koloid)    +  6H2O(l)
4.        Penggantian Pelarut
Belerang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol. Jadi, untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh. Setelah larut, larutan belerang dalam etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air.
5.        Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh:       AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3

b)            Cara Dispersi
Metode di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat berupa cara mekanik maupun peptisasi
1.             Cara Mekanik
Pembutan koloid dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan disebut penggilingan koloid. Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membuat sistem koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.
2.             Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi sistem koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3  maka Fe(OH)3  akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+  tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel koloid. Beberapa contoh lain :      
               - Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS
               - Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl
               - Sol  Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan   
                 Al(OH)3
3.             Cara Busur Bredig 
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au, dan Pt. Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektrode. Dua elektrode logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin) sedemikian sehingga kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian kedua elektrode diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid.
4.             Cara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus tenaga tinggi, makacara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi (frekuensi > 20.000 Hz)



V.          CONTOH APLIKASI KOLOID 
Contoh aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari :
1.         Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2.         Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+ . Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan
3.         Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3. Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:

4.         Penjernihan Air Sungai
- Air sungai mengandung lumpur ditambah tawas –> air jernih.
- Air jernih ditambah kaporit –> air jernih bebas kuman.
- Air jernih bebas kuman disaring –>  air bersih.
5.         Pembentukan Delta di Muara Sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg2+, dan Ca2+ yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
6.         Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.

Koloid juga memiliki banyak peran di kehidupan sehari hari, diantara lain:
Ø Proses “ cuci darah “, yang memanfaatkan sifat dialisis pada koloid pada penderita gagal ginjal, yaitu penghilangan ion-ion amonia ( NH4+ ) dari permukaan butir-butir darah oleh zat penyerap
Ø Asap dan debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari alat Cottrel.
Ø Pada pembuatan es krim digunakan gelatin (emulgator) untuk mencegah pembentukkan kristal besar es atau gula
Ø Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung. Zat-zat pengelmusi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung
Ø Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengolahan air adalah tawas (alumunium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring. Apabila tingkat kekeruhan air terlalu tinggi maka digunakan karbon aktif. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi bakteri, sedangkan kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas. 
Ø Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen membentuk koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang polar (kepala) dan bagian yang nonpolar (ekor). Daya pengemulsi dari sabun dan detergen disebabkan gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari bahan cucian kemudian mendispersikannya ke dalam air.










DAFTAR PUSTAKA

·      http://tekpem2012.blogspot.com/p/blog-page_29.html (diakses pada 26 Juni 2014 pukul 14.00)
·      http://linayohananana.wordpress.com/kimia-xi/9-koloid/sifat-sifat-koloid/ (diakses pada 26 Juni 2014 pukul 14.00)