PAPER
KIMIA FISIKA
(KOLOID)
DISUSUN OLEH :
Farma
Ventirika C (136685)
KELAS : 1A
AKADEMI KIMIA
ANALISIS BOGOR
Jalan Pangeran
Sogiri nomor 283 Tanah Baru, Bogor
2014
KOLOID
I.
PENGERTIAN KOLOID
Koloid adalah suatu campuran zat
heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang
berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara
1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ). Istilah koloid berasal dari
bahasa yunani yaitu “kolla” yang
berarti lem dan “oid” yang berarti
seperti. Dalam hal ini yang berkaitan dengan lem adalah sifat difusinya, karena
koloid mempunyai nilai difusi yang rendah seperti lem.
Dalam larutan, suatu zat disebarkan/dilarutkan
ke dalam pelarut membentuk campuran homogen, dimana partikel-partikel ke dalam
pelarut membentuk campuran homogen, dan partikel-partikel zat terlarut
bercampur sempurna dengan pelarut sehingga tidak terlihat adanya perbedaan.
Dengan cara yang mirip, partikel koloid disebarkan/didispersikan ke dalam suatu
medium, dan menghasilkan sistem
koloid. Contoh :
Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak sedangkan
cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.
Sistem koloid termasuk salah satu sistem
dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan suspensi. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran
yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem
koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau
suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat
kecil, sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan
pendispersinya. Sedangkan suspensi merupakan sistem dispersi dengan berukuran
besar dan tersebar merata dalam medium pendispersinya.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan
hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Contohnya cairan tubuh, seperti darah adalah
sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem
koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga
merupakan sistem koloid.
Tabel Perbedaan Larutan, Sistem Koloid dan
Suspensi
Pembeda
|
Larutan
|
Sistem Koloid
|
Suspensi Kasar
|
Jumlah fase
|
1
|
2
|
3
|
Distribusi partikel
|
Homogen
|
Heterogen
|
Heterogen
|
Ukuran partikel
|
< 10–7 cm
|
10–7 –
10–5 cm
|
> 10–5 cm
|
Penyaringan
|
TidakdapatDisaring
|
Tidak dapat disaring, kecuali dengan
penyaring ultra
|
Dapat disaring
|
Kestabilan
|
Stabil, tidakMemisah
|
Stabil, tidak
memisah
|
Tidak stabil,
Memisah
|
Contoh
|
- Larutan gula
- Larutan gula |
- Tepung dalam air
- Susu
|
Campuran pasir dalam air
|
II.
JENIS-JENIS KOLOID
Secara umum sistem koloid terdiri atas dua
fase, sebagai berikut :
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam
larutan koloid dan fasenya berubah.
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan
koloid dan fasenya tetap.
Berdasarkan
fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian yaitu koloid sol,
emulsi, dan buih. Dan jenis-jenis koloid ini masih terbagi lagi menjadi
beberapa jenis berdasarkan fase mediumnya.
1. Sol
Sol adalah koloid dengan zat
terdispersinya fase padat. Sol terdiri atas :
a.
Sol Padat (padat-padat)
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat
terdispersi dalam zat fase padat. Contoh : logam paduan, kaca berwama, intan
hitam, dan baja.
b.
Sol Cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat
terdispersi dalam zat fase cair. Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan
medium fase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji
c.
Sol Gas / Aerosol Padat
(padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase
padat terdispersi dalam zat fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase
padat dan medium fase gas. Contoh: asap dan debu.
2. Emulsi
Emulsi adalah koloid dengan zat
terdispersinya fase cair. Terdiri dari :
a. Emulsi
padat / gel (cair-padat)
Emulsi padat (gel)
ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh: mentega, keju,
jeli, dan mutiara.
b. Emulsi
cair / emulsi (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi)
ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu, minyak
ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi
Gas / Aerosol Cair (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol
cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh: obat-obat
insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.
3. Buih
Buih adalah koloid dengan zat
terdispersinya fase gas.
a. Buih padat /
busa padat (gas-padat)
Buih padat
ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini
berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan
batu apung.
b. Buih cair /
buih (gas-cair)
Buih cair
(buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair.
Berarti, zat terdispersi faso gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun,
buih soda, dan krim kocok
Tabel 8 Penggolongan Sistem Koloid
No.
|
Fase Terdispersi
|
Fase Pendispersi
|
Jenis Koloid
|
Contoh
|
1
|
Gas
|
cair
|
buih
|
buih sabun, shampoo, krim kocok
|
2
|
Gas
|
padat
|
busa padat
|
karet busa, batu apung
|
3
|
Cair
|
cair
|
emulsi
|
susu, santan, minyak ikan, es krim
|
4
|
Cair
|
padat
|
emulsi padat
|
mutiara, jeli, keju
|
5
|
Cair
|
gas
|
aerosol cair
|
Kabut, hair spray
|
6
|
padat
|
cair
|
sol
|
cat, tinta, larutan agar-agar
|
7
|
padat
|
padat
|
sol padat
|
kaca berwarna, campuran
|
8
|
padat
|
gas
|
aerosol padat
|
asap, debu
|
-
Gel
Koloid setengah kaku (antara padat dan cair)
disebut Gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi
medium pendispersinya sehingga terbentuk koloid yang agak padat. Contoh :
agar-agar dan kanji (jika dipadatkan), lem, gelatin, selai, dan gel sabun.
III.
SIFAT KOLOID
Koloid
memiliki beberapa sifat, yaitu :
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya
oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat
terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan
partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan
jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk
melalui celah.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid
dalam medium pendispersi secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara
partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus
menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
c. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau
ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
Gula yang masih
berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan
arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula
yang putih bersih.
2. Norit.
Norit adalah tablet
yang terbuat dari karbon aktif Norit. Di dalam usus, norit membentuk sistem
koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun
3. Penjernihan air.
Air
mengandung berbagai partikel yang bermuatan negatif. Untuk menjernihkan air
dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat (Al2(SO4)3.
Di dalam air, Aluminium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang
berupa koloid, senyawa ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar
dalam air.
Contoh: koloid antara obat diare dan
cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid
Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak
akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan – dan tolak-menolak dengan
sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
d. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion
yang terserap permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid
karena pengaruh medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam
medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda,
maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan
sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan
menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi
lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
e. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan
koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan. Contoh: kotoran pada air yang
digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
- Perubahan
suhu.
- Pengadukan.
- Penambahan
ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
- Pencampuran
koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan
cara:
1. Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan
atau pengadukan cepat.
2. Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa,
atau garam).
Contoh: susu + sirup masam —>
menggumpal
Lumpur + tawas —> menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan
muatan yang berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan
menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
-
Koloid
Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang
mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid. Contoh:
agar-agar.
-
Koloid
Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi
cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari
elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari
elektrolisis.
Perbedaan Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid Liofil
|
Koloid Liofob
|
|
a.
Mengadsorpsi mediumnya
b.
Dapat dibuat dengan
konsentrasi yang relatif besar
c.
Tidak mudah
digumpalkan dengan penambahan elektrolit
d.
Viskositas lebih
besar daripada mediumnya
e.
Bersifat reversibel
f.
Efek Tyndalnya lemah
|
a.
Tidak mengadsorpsi
mediumnya
b.
Hanya stabil pada
konsentrasi kecil
c.
Mudah mengumpal
dengan penambahan elektrolit
d.
Viskositas hampir
sama dengan mediumnya
e.
Tidak bersifat
reversible
f.
Efek Tyndalnya lebih
jelas
|
g. Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium
cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan
emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil. Contoh: susu merupakan emulsi
lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h. Kestabilan Koloid
Ø Banyak koloid yang harus dipertahankan
dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk
itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid
tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
Ø Untuk koloid yang berupa emulsi dapat
digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang
membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak
dan air.
i.
Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu
menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara
dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari
selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja
dan tidak dapat dilewati molekul koloid. Contoh: kertas perkamen, selopan atau
kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana
yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong
dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis
akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang disebut
elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme
dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila seseorang
menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani “cuci darah” dengan
mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring
ultra.
IV.
PEMBUATAN KOLOID
Ukuran
koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh
karena itu, partikel dapat dibuat dengan pengelompokan partikel larutan sejati
atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam
medium dispersi.
Ada dua
dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode dispersi
:
a)
Cara
Kondensasi
Metode
di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk
partikel-partikel berukuran koloid.
1.
Reaksi Redoks
Reaksi
Redoks merupakan reaksi pembentukan partikel koloid melalui mekanisme perubahan
bilangan oksidasi.
Pembutan
sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida dengan belerang dioksida,
yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2
2H2S(g)
+ SO2(aq) → 2 H2O(l) + 3S (Koloid)
2.
Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis
adalah reaksi suatu zat dengan air.
Ø Pembuatan
sol Fe(OH)3 dapat diperoleh
dari reaksi hidrolisis garam FeCl3 dalam air mendidih
FeCl3(aq)
+ 3H2O(aq) Fe(OH)3 (koloid) +
3HCl(aq)
Ø
Sol
Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya
menggunakan pereduksi organik formaldehida (HCHO)
2AuCl3 +
3HCHO + 3H2O 2Au (koloid) + 6HCl
+ 3HCOOH
3.
Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3
dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan
larutan H2S.
2H3AsO3(aq) +
3H2S(aq) As2S3(Koloid) + 6H2O(l)
4.
Penggantian Pelarut
Belerang
sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol. Jadi,
untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang dilarutkan
terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh. Setelah larut, larutan belerang
dalam etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk.
Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid akibat penurunan kelarutan
belerang dalam air.
5.
Reaksi
Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan
dengan mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3
b)
Cara
Dispersi
Metode
di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran
koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat
berupa cara mekanik maupun peptisasi
1.
Cara Mekanik
Pembutan
koloid dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat
dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat
yang digunakan disebut penggilingan koloid. Alat
penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan.
Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan
selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid yang terbuntuk kemudian
didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membuat sistem koloid. Contoh
koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak,
cat, dan sol belerang.
2.
Cara Peptisasi
Cara
peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi sistem koloid dengan
penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama
yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada
endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai
ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3 maka Fe(OH)3
akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut. Sehingga,
endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel
koloid. Beberapa contoh lain
:
-
Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS
-
Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl
-
Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam
endapan
Al(OH)3
3.
Cara
Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam
seperti Ag, Au, dan Pt. Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid
digunakan sebagai elektrode. Dua elektrode logam dicelupkan ke dalam medium
pendispersi (air dingin) sedemikian sehingga kedua ujungnya saling berdekatan.
Kemudian kedua elektrode diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan
menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium
pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid.
4.
Cara
Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu
sama-sama untuk pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus tenaga
tinggi, makacara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi
(frekuensi > 20.000 Hz)
V.
CONTOH APLIKASI KOLOID
Contoh aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari :
1.
Pemutihan
Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula
ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae
atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut.
Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu
sehingga gula dapat berwarna putih.
2.
Penggumpalan
Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika
terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas
yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+ . Ion-ion tersebut
membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses
penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan
3.
Penjernihan
Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid
tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh
karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa
langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan
dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3. Ion
Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk
partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O → Al(OH)3
+ 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari
partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur
tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:
4.
Penjernihan Air Sungai
- Air sungai mengandung lumpur ditambah
tawas –> air jernih.
- Air jernih ditambah kaporit
–> air jernih bebas kuman.
- Air jernih bebas kuman disaring
–> air bersih.
5.
Pembentukan
Delta di Muara Sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid
pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung
ion-ion Na+, Mg2+, dan Ca2+ yang bermuatan
positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut
akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang
akan membentuk suatu delta.
6.
Pengambilan
Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu
proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel
koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik
yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel
koloid.
Koloid juga memiliki banyak peran di kehidupan
sehari hari, diantara lain:
Ø Proses “ cuci darah “, yang memanfaatkan sifat
dialisis pada koloid pada penderita gagal ginjal, yaitu penghilangan ion-ion
amonia ( NH4+ ) dari permukaan butir-butir darah oleh zat penyerap
Ø Asap dan
debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari alat
Cottrel.
Ø Pada pembuatan es krim digunakan gelatin
(emulgator) untuk mencegah pembentukkan kristal besar es atau gula
Ø Cat dan tinta dapat bertahan lama karena
menggunakan suatu koloid pelindung. Zat-zat pengelmusi, seperti sabun dan
detergen, juga tergolong koloid pelindung
Ø Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat
koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Bahan-bahan yang digunakan untuk
pengolahan air adalah tawas (alumunium sulfat), pasir, klorin atau kaporit,
kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur
koloidal sehingga lebih mudah disaring. Apabila tingkat kekeruhan air terlalu
tinggi maka digunakan karbon aktif. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin
atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi bakteri, sedangkan kapur tohor berguna
untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena
penggunaan tawas.
Ø Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen
membentuk koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas bagian yang polar
(kepala) dan bagian yang nonpolar (ekor). Daya pengemulsi dari sabun dan
detergen disebabkan gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran
(lemak) dari bahan cucian kemudian mendispersikannya ke dalam air.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/kegunaan-koloid-dalam-kehidupan-manusia.html (diakses pada 26 Juni 2014 pukul 14.00)
·
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/sifat-koligatif-dan-koloid/pembuatan-koloid-3/ (diakses pada 26 Juni 2014 pukul 14.00)
·
http://linayohananana.wordpress.com/kimia-xi/9-koloid/sifat-sifat-koloid/ (diakses pada 26 Juni 2014 pukul 14.00)
·
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Purwanti%20Widhy%20Hastuti,%20S.Pd.,%20M.Pd./KOLOID%20(9).pdf
(diakses pada 26 Juni 2014 pukul 21.00)