Senin, 30 April 2012

Cerpen





AKU TELAH BERDOSA

“Aku kangen mami ku Ca dan aku ingin bertemu dengannya, “kata Ryan.
Kata-kata itu lah yang sering terlontarkan dari mulut Ryan saat bersamaku.  Ryan adalah sahabat ku. Kami kenal sejak SMP. Dia sebenarnya anak yang baik dan pintar. Tetapi gara-gara orang tuanya telah lama cerai,  dia menjadi anak yang nakal dan kurang etika. Ibunya telah lama pergi meninggalkannya. Sedangkan ayahnya sudah mempunyai istri baru. Dia tidak menyetujui pernikahan ayahnya karena sejak awal dia tidak suka dengan ibu tirinya. Oleh karena itu, dia memilih untuk hidup bersama nenek dan kakaknya.
Suatu hari,Ryan datang kerumah ayahnya. Dia berniat untuk minta uang ayahnya. Tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang bermesraan dengan ibu tirinya. Tiba-tiba Ryan brontak dan marah-marah. Dia tidak menyukai kemesraan yang diperlihatkan ayah dan ibu tirinya. Dia merasa ibu tirinya telah merebut kasih sayang ayahnya untuk Ryan dan ibu kandung Ryan.
Dasar kau perempuan jahat! Kau telah merebut ayahku dari pangkuan ibuku,“ geram Ryan.
“Ryan,diam! Kamu tidak sopan. Beliau juga orang tua mu,“ bentak Ayah.
“Apa? orang tua? Apa pantas dia dipanggil Mama setelah dia merebut ayah dari kami,” ucap Ryan.
“Jangan kelewatan kamu Nak! Dia mama kamu. Orang yang harus kamu hormati juga. Bukan untuk kamu caci maki seperti ini,“ kata ayah.
Ryan pun pergi meninggalkan ayah dan ibu tirinya .Dia pergi tanpa pamit dengan mereka berdua. Dia merasa ayahnya sekarang berbeda. Ayahnya sekarang terlalu menyayangi ibu tirinya. Sampai-sampai beliau membela istrinya mati-matian. Ryan kesal dan cemburu saat itu. Dia merasa ayahnya tidak adil.  Dia berpikir ayahnya sudah melupakan kenangan bersama ibunya dulu.
Dari situlah Ryan semakin benci dengan ibu tirinya. Ryan tidak pernah melihat kebaikan ibu tirinya untuk mempersatukan mereka. Hanya kebencian-kebencianlah yang ada dihati Ryan sekarang. Setiap Ryan bertemu dengan ibu tirinya, dia selalu menghindar dan tak mau menyapa. Padahal ibu tirinya sangat menyayangi Ryan dan beliau berusaha menjadi pengganti Mama Ryan yang telah tiada.
“Ca, aku sangat membenci ibu tiriku. Aku tidak suka dengannya.Dia telah merebut ayah dari aku dan mama. Dia jahat Ca,perempuan jahat,“ kata Ryan.
Setiap kami bertemu, Vandy sering berkata demikian. Kebencian dia terhadap ibu tirinya sudah tidak bisa dihela lagi. Meskipun aku sudah menasehatinya beruang kali. Tetapi,Ryan tetap saja membenci ibu tirinya. Dia tidak pernah merasa ibu tirinya sangat menyayanginya. Sampai-sampai dia sering marah-marah dengan ibu tirinya tanpa sepengetahuan ayahnya.
Suatau ketika, Ryan mau berangkat kejuaraan Popnas Taekwondo. Dia berpamitan kepada kakak dan neneknya. Dia minta doa restu kepada kakak dan neneknya. Neneknya menasehati Ryan untuk meminta doa restu kepada Ayah dan ibu tirinya. Tetapi, Ryan tidak mau. Dia berangkat popnas tanpa meminta restu dari Ayah dan ibu tirinya.
Diperjalanan, Ryan mengendarai motor dengan laju yang cepat. Dipikirannya hanya ingin menjuarai kejuaraan popnas. Tiba ditempat kejuaraan, dia bersiap untuk bertanding. Tiba-tiba handphone Ryan berdering. Ayahnya menelpon dia. Ryan tidak mau mengangkat telephon ayahnya. Tak lama setelah itu, Ayahnya mengirim sms.
From : Ayah
Semoga sukses anakku. Doa ayah dan mama menyertaimu. Berjuanglah dengan sportif. Semoga kamu dapat apa yang kamu inginkan. Good luck nak!
Ryan bertanding dengan maksimal. Tetapi ternyata takdir berkata lain. Ryan gagal dalam kejuaraan Popnas kali ini. Dan dia sangat terpukul karena sudah gagal dalam kejuaraan ini. Ryan pulang dengan tangan kosong dan hati yang hampa. Dia tak mempedulikan orang-orang disekitarnya. Dia hanya memikirkan kegagalan yang sudah terjadi.
Tak ada canda tawa lagi di wajah Ryan. Dia begitu muram dan menyesal. Sesekali Ryan melihat foto kejuaran-kejuaraannya masa lalu yang ada di dinding kamarnya. Dia sangat menyesal, dia tidak bisa membawa emas pada  kesempatan terakhirnya di popnas. Hanya terbelesit di hati Ryan,mengapa dia kali ini gagal dan tidak bisa mempersembahkan emas kepada almarhumah ibunya.
Ketika Ryan sedang melamun, dia tidak menyadari bahwa ayah dan ibu tirinya datang menemuinya. Ryan terkejut ketika lamunannya dibangunkan oleh suara ayahnya yang memanggil dirinya.
“Apa yang ayah lakukan disini dengan perempuan itu!”sembari Ryan menunjuk ibu tirinya.
Ryan semakin geram ketika melihat ibu tirinya datang menemuinya. Dia sempat marah-marah ketika ibu tirinya mendekat dan memanggil namanya. Dia malampiaskan semua kemarahanya kepada ibu tirinya. Ayahnya mencoba meredakan keadaan. Tetapi,emosi Ryan tak terkendalikan lagi. Ryan langsung masuk ke dalam kamar dan langsung mengambil kunci motor.
   “Ryan! Mau kemana kamu?tanya Ayah.
   “Bukan urusanmu!” bentak Ryan.
Ryan pergi meninggalkan rumahnya. Dia pergi dengan emosi dan amarah yang tinggi. Sembari mengendarai motor, Ryan terus menerus mengumpat kedua orang tuanya.
“Ah! Sial! Kenapa sih mereka harus datang kerumah! Bikin tambah kesal Orang aja!” Ryan terus mengumpat tanpa memperhatikan jalan.
Tiba-tiba sebuah becak keluar dari gang kecil di pinggir jalan dan mengejutkan Ryan. Ryan terkejut dan motornya pun tidak dapat dia kendalikan sehingga dia menabrak becak yang keluar dari gang kecil itu. Karena Ryan mengendarai motornya dengan kecepatan yang tinggi, Ryan terpental kedepan dan badannya terguling-guling di jalan. Pakaian Ryan berlumuran dengan darah yang keluar dari badannya. Ryan pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit di badannya.
Ketika dia tersadar, dia sudah berada di rumah sakit. Dia terkejut melihat tangan dan kakinya dipenuhi dengan perban. Setelah beberapa menit tersadar, dia baru menyadari bahwa tangan dan kakinya tidak dapat digerakkan. Dia pun berteriak ketakutan dan tidak lama kemudian ibu tirinya masuk ke ruangan itu. Tanpa sadar Ryan menangis dan ibu tirinya memeluk dia untuk menenangkannya.
Ayah Ryanmenyusul masuk keruang perawatan setelah berbincang-bincang dengan dokter yang merawat Ryan. Ibu tiri Ryan melepas pelukanya kepada Ryan dan kemudian Ryan memandang ayahnya.
   “Yah, mengapa tangan dan kakiku tidak dapat digerakan?” Ryan bertanya dengan menatap serius ayahnya.
Ayahnya hanya menunduk dan tidak mengeluarkan sepatah katapun kepada Ryan. Ayah Ryan terlalu takut untuk memberitahunya bahwa tangan dan kakinya tidak dapat digerakan karena saraf penggerak organ tubuhnya rusak dan membutuhkan waktu yang lama dalam proses penyembuhan.
Setelah Ryan dinyatakan boleh pulang dari pihak rumah sakit, Ryan dibawa pulang kerumah ayahnya. Sesampai dirumah ayahnya, dia termenung dan menangis. Sempat terbesit dalam benaknya rasa penyesalan akan perbuatannya terhadap kedua orang tuanya sekarang. Dia teringat kembali masa-masa dimana dia mencaci maki ibu tirinya yang sekarang dengan rela menerima dan merawat dirinya.
Ryan terbangun dari lamunannya ketika ibu tirinya masuk kedalam kamar dengan membawa makanan untuknya. Disaat ibu tirinya menyuapi dirinya dengan sesuap bubur, seketika dia teringat oleh ibunya yang sudah lama tiada. Ryan pun tersadar bahwa sesungguhnya ibu tirinya sangat menyayangi Ryan dan  kemudian Ryan pun meminta maaf kepada ibu tirinya sembari menangis dan menyesal. Saat itu juga, dia pertama kali memanggil ibu tirinya dengan sebutan “MAMA”.
“Maafkan aku Mama! Aku menyesal dengan apa yang telah aku perbuat selama ini. Aku telah berdosa karena sudah membenci dan mencaci maki mama,”penyesalan Ryan.
“Sudahlah anakku! Aku sudah memaafkan dirimu. Aku sangat menyayangimu. Aku tidak mau kejadian yang dulu terulang kembali,” sahut ibu tiri Ryan.
“Kejadian demi kejadian yang pahit telah aku lalui. Aku belajar dari semua itu, Ma! Aku telah berdosa kepada mama. Aku ingin memperbaikinya,” ucap Ryan.
Kemudian ibu tiri Ryan memeluk Ryan dengan lembut. Ryan sangat merasa nyaman dan bahagia. Mulai saat itu, dia ingin membuka lembar barunya bersama ayah dan ibu tirinya.