AKU TELAH BERDOSA
“Aku kangen mami
ku Ca dan aku ingin bertemu dengannya, “kata Ryan.
Kata-kata itu
lah yang sering terlontarkan dari mulut Ryan saat bersamaku. Ryan adalah sahabat ku. Kami kenal sejak SMP.
Dia sebenarnya anak yang baik dan pintar. Tetapi gara-gara orang tuanya telah
lama cerai, dia menjadi anak yang nakal
dan kurang etika. Ibunya telah lama pergi meninggalkannya. Sedangkan ayahnya
sudah mempunyai istri baru. Dia tidak menyetujui pernikahan ayahnya
karena sejak awal dia tidak suka dengan ibu tirinya. Oleh karena itu,
dia memilih untuk hidup bersama nenek dan kakaknya.
“Dasar
kau perempuan jahat! Kau telah merebut ayahku dari pangkuan ibuku,“ geram Ryan.
“Ryan,diam! Kamu
tidak sopan. Beliau juga orang tua mu,“ bentak Ayah.
“Apa? orang
tua? Apa pantas dia dipanggil Mama setelah dia merebut ayah dari kami,” ucap Ryan.
“Jangan
kelewatan kamu Nak! Dia mama kamu. Orang yang harus kamu hormati juga. Bukan
untuk kamu caci maki seperti ini,“ kata ayah.
Ryan pun pergi meninggalkan ayah dan ibu
tirinya .Dia pergi tanpa pamit dengan mereka berdua. Dia merasa
ayahnya sekarang berbeda. Ayahnya sekarang terlalu menyayangi ibu tirinya. Sampai-sampai beliau membela
istrinya mati-matian. Ryan kesal dan cemburu saat itu. Dia merasa ayahnya tidak
adil. Dia berpikir ayahnya sudah melupakan
kenangan bersama ibunya dulu.
Dari situlah Ryan semakin benci dengan
ibu tirinya. Ryan tidak pernah melihat kebaikan ibu tirinya untuk mempersatukan
mereka. Hanya kebencian-kebencianlah yang ada dihati Ryan sekarang. Setiap Ryan
bertemu dengan ibu tirinya, dia selalu menghindar dan tak mau menyapa. Padahal ibu
tirinya sangat menyayangi Ryan dan beliau berusaha menjadi pengganti Mama Ryan
yang telah tiada.
“Ca, aku sangat membenci ibu tiriku. Aku
tidak suka dengannya.Dia telah merebut ayah dari aku dan mama. Dia jahat
Ca,perempuan jahat,“ kata Ryan.
Setiap kami
bertemu, Vandy sering berkata demikian. Kebencian dia terhadap ibu tirinya
sudah tidak bisa dihela lagi. Meskipun aku sudah menasehatinya beruang kali.
Tetapi,Ryan tetap saja membenci ibu tirinya. Dia tidak pernah merasa ibu
tirinya sangat menyayanginya. Sampai-sampai dia sering marah-marah dengan ibu
tirinya tanpa sepengetahuan ayahnya.
Suatau ketika, Ryan
mau berangkat kejuaraan Popnas Taekwondo. Dia berpamitan
kepada kakak dan neneknya. Dia minta doa restu kepada kakak dan neneknya.
Neneknya menasehati Ryan untuk meminta doa restu kepada Ayah dan ibu tirinya.
Tetapi, Ryan tidak mau. Dia berangkat popnas tanpa meminta restu dari Ayah dan
ibu tirinya.
Diperjalanan, Ryan
mengendarai motor dengan laju yang cepat. Dipikirannya hanya ingin
menjuarai kejuaraan popnas. Tiba ditempat kejuaraan, dia bersiap untuk
bertanding. Tiba-tiba handphone Ryan berdering. Ayahnya menelpon dia. Ryan tidak mau
mengangkat telephon ayahnya. Tak lama setelah itu, Ayahnya mengirim sms.
From : Ayah
Semoga sukses anakku. Doa ayah dan mama
menyertaimu. Berjuanglah dengan sportif. Semoga kamu dapat apa yang kamu
inginkan. Good luck nak!
Ryan bertanding
dengan maksimal. Tetapi ternyata takdir berkata lain. Ryan gagal dalam
kejuaraan Popnas kali ini. Dan dia sangat terpukul karena sudah gagal dalam
kejuaraan ini. Ryan pulang
dengan tangan kosong dan hati yang hampa. Dia tak mempedulikan orang-orang
disekitarnya. Dia hanya memikirkan kegagalan yang sudah terjadi.
Tak ada canda
tawa lagi di wajah Ryan. Dia
begitu muram dan menyesal. Sesekali Ryan melihat foto kejuaran-kejuaraannya masa
lalu yang ada di dinding kamarnya. Dia sangat menyesal, dia tidak bisa membawa
emas pada kesempatan terakhirnya di popnas. Hanya
terbelesit di hati Ryan,mengapa
dia kali ini gagal dan tidak bisa mempersembahkan emas kepada almarhumah
ibunya.
Ketika Ryan sedang melamun,
dia tidak menyadari bahwa ayah dan ibu tirinya datang menemuinya. Ryan terkejut ketika
lamunannya dibangunkan oleh suara ayahnya yang memanggil dirinya.
“Apa yang ayah lakukan
disini dengan perempuan itu!”sembari Ryan menunjuk ibu tirinya.
Ryan semakin geram
ketika melihat ibu tirinya datang menemuinya. Dia sempat marah-marah ketika ibu
tirinya mendekat dan memanggil namanya. Dia malampiaskan semua kemarahanya
kepada ibu tirinya. Ayahnya mencoba meredakan keadaan. Tetapi,emosi Ryan tak
terkendalikan lagi. Ryan
langsung masuk ke dalam kamar dan langsung mengambil kunci motor.
“Ryan! Mau kemana kamu?“tanya Ayah.
“Bukan urusanmu!” bentak Ryan.
Ryan pergi
meninggalkan rumahnya. Dia pergi dengan emosi dan amarah yang tinggi. Sembari mengendarai motor, Ryan terus menerus mengumpat
kedua orang tuanya.
“Ah! Sial!
Kenapa sih mereka harus datang kerumah! Bikin tambah kesal Orang aja!” Ryan terus mengumpat
tanpa memperhatikan jalan.
Tiba-tiba sebuah
becak keluar dari gang kecil di pinggir jalan dan mengejutkan Ryan. Ryan terkejut dan
motornya pun
tidak dapat dia kendalikan sehingga dia menabrak becak yang keluar dari gang
kecil itu. Karena
Ryan mengendarai
motornya dengan
kecepatan yang tinggi, Ryan
terpental kedepan dan badannya terguling-guling di jalan. Pakaian Ryan berlumuran
dengan darah yang keluar dari badannya. Ryan pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit di
badannya.
Ketika dia
tersadar, dia sudah berada di rumah sakit. Dia terkejut melihat tangan dan
kakinya dipenuhi dengan perban. Setelah beberapa menit tersadar, dia baru
menyadari bahwa tangan dan kakinya tidak dapat digerakkan. Dia pun berteriak
ketakutan dan tidak lama kemudian ibu tirinya masuk ke ruangan itu. Tanpa sadar
Ryan
menangis dan ibu tirinya memeluk dia untuk menenangkannya.
Ayah Ryanmenyusul masuk
keruang perawatan setelah berbincang-bincang dengan dokter yang merawat Ryan. Ibu tiri Ryan melepas
pelukanya kepada Ryan dan
kemudian Ryan memandang
ayahnya.
“Yah, mengapa tangan dan kakiku tidak dapat
digerakan?” Ryan
bertanya dengan menatap serius ayahnya.
Ayahnya hanya
menunduk dan tidak mengeluarkan sepatah katapun kepada Ryan. Ayah Ryan terlalu takut
untuk memberitahunya bahwa tangan dan kakinya tidak dapat digerakan karena
saraf penggerak organ tubuhnya rusak dan membutuhkan waktu yang lama dalam
proses penyembuhan.
Setelah Ryan dinyatakan
boleh pulang dari pihak rumah sakit, Ryan dibawa pulang kerumah ayahnya. Sesampai dirumah
ayahnya, dia termenung dan menangis. Sempat terbesit dalam
benaknya rasa penyesalan akan perbuatannya terhadap kedua orang tuanya
sekarang. Dia teringat kembali masa-masa dimana dia mencaci maki ibu
tirinya yang sekarang dengan rela menerima dan merawat dirinya.
Ryan terbangun dari
lamunannya ketika ibu tirinya masuk kedalam kamar dengan membawa makanan
untuknya. Disaat ibu tirinya menyuapi dirinya dengan sesuap bubur, seketika dia
teringat oleh ibunya yang sudah lama tiada. Ryan pun tersadar bahwa sesungguhnya ibu tirinya sangat
menyayangi Ryan
dan kemudian Ryan pun meminta
maaf kepada ibu tirinya sembari menangis dan menyesal. Saat itu juga, dia
pertama kali memanggil ibu tirinya dengan sebutan “MAMA”.
“Maafkan aku
Mama! Aku menyesal dengan apa yang telah aku perbuat selama ini. Aku telah
berdosa karena sudah membenci dan mencaci maki mama,”penyesalan Ryan.
“Sudahlah
anakku! Aku sudah memaafkan dirimu. Aku sangat menyayangimu. Aku tidak mau kejadian
yang dulu terulang kembali,” sahut ibu tiri Ryan.
“Kejadian demi
kejadian yang pahit telah aku lalui. Aku belajar dari semua itu, Ma! Aku telah
berdosa kepada mama. Aku ingin memperbaikinya,” ucap Ryan.
Kemudian ibu
tiri Ryan memeluk
Ryan dengan
lembut. Ryan sangat
merasa nyaman dan bahagia. Mulai saat itu, dia ingin membuka lembar barunya
bersama ayah dan ibu tirinya.